MPN News, Jakarta 21 Desember 2025 - Untuk pertama kalinya di era modern, Tiongkok kini dapat membanggakan armada kapal dagang terbesar di dunia dalam hal tonase kotor (gt), mengungguli Yunani, menurut data dari Clarksons Research. Namun, Yunani masih mempertahankan keunggulan ketika peringkat diukur berdasarkan bobot mati (dwt). Jepang tetap berada di posisi ketiga dalam podium kepemilikan kapal Clarksons.
Setelah saling bertukar posisi selama tahun 2000-an, perusahaan pelayaran Yunani melampaui perusahaan Jepang pada tahun 2013. Tonase milik China melampaui Jepang pada tahun 2018 dan sejak itu terus mendekati level Yunani. Peringkat terbaru Clarksons menempatkan China pada 249,2 juta gt (senilai $180 miliar), Yunani pada 249 juta gt (senilai $163 miliar). Kemudian diikuti Jepang (181 juta gt), Korea Selatan (66 juta gt) dan AS (66 juta gt). Jerman, yang berada di posisi keempat 10 tahun lalu, kini berada di posisi ketujuh.
“China lebih aktif di pasar pembangunan kapal baru (sekarang hampir dua kali lipat dari jumlah pesanan milik Yunani) dan lebih aktif di S&P,” catat Clarksons dalam laporan mingguan terbarunya. China memiliki pangsa armada terbesar di kapal pengangkut curah (24%) dan kontainer (16%), dengan COSCO yang dikelola negara dan China Merchants sebagai dua pemilik terbesar.
Dari sekitar seperduapuluh dari total armada kapal dagang dunia pada awal tahun 2000-an, armada kapal dagang milik China kini mencakup lebih dari sepertujuh, menyusul pertumbuhan luar biasa selama dua dekade. Selama dekade terakhir, kapasitas armada kapal dagang milik China telah meningkat lebih dari dua kali lipat.
Bukan hanya kepemilikan kapal saja di mana China memimpin dunia dalam bidang pelayaran. Pembuat kapalnya telah mengungguli Korea Selatan untuk menduduki posisi teratas, operator pelabuhannya kini memiliki jejak global yang besar, sementara Republik Rakyat China telah menjadi sumber pembiayaan kapal yang vital selama dekade terakhir.
Pada Desember 2019, pembaca Splash memilih kebangkitan Tiongkok sebagai kisah pelayaran dekade ini, mengalahkan konsolidasi perusahaan pelayaran, perkembangan ramah lingkungan, kejatuhan Hanjin, dan digitalisasi dalam prosesnya.
Disadur Dari : Splash247.com/
(Redaksi MPN News)



